Senin, 13 Juli 2015

Kursus autocad surabaya

Kursus autocad surabaya  adalah sebuah website yang di khususkan untuk memberikan jasa pelayanan les di jenjang pendidikan yang anda inginkan.

Banyak penawaran yang kami berikan. silahkan pilih sesuai yang anda butuhkan.

Kursus autocad surabaya  solusi yang tepat bagi pendidikan putra anda.

Dibimbing secara khusus dan intensif agar menjadi siswa yang cerdas, berprestasi dan membanggakan bagi orang tua.

Kursus autocad di surabaya  di kelola oleh lembaga bimbigan belajar suprauno yang berdiri sejak 2006.

Lbbsuprauno akan terus improve semua metode pembelajaran yang di gunakan. Agar output yang kami hasilkan benar benar di butuhkan dan layak dipakai dimasyarakat.

Pendidikan moral dan akademik kami berikan secara seimbang agar tidak jomplang dalam pelaksanaan di kehidupan bermasyarakat.

Kami memberikan 4 pelayanan khusus dalam proses pendidikan kami yaitu:

  1. Les privat Tk, Sd, Smp, Sma, Snmptn, dan Umum. adalah pembelajaran yang dilakukan secara privat dan intensif. Guru datang kerumah siswa. Satu guru mengajar satu siswa.
  2. Les Kelas Tk, Sd, Smp, Sma . Adalah pembelajaran satuan pendidikan yang dilakukan di tempat kami yakni lbbsuprauno. Bersifat kelas. satu guru mengajar beberapa siswa. Walaupun begitu kualitas akan tetap kami jaga.
  3. Kursus Komputer : Mempelajari beberapa program komputer yang di butuhkan di masyarakat.
  4. Kursus website : Mempelajari bagaimana membuat website.
Apabila anda membutuhkan jasa salah satu dari yang kami tawarkan silahkan datang ke tempat kami di jl kedungtarukan baru 4b no 15 surabaya.

Atau hanya sekedar bertanya di 08 222 666 1656

DPRD Surabaya Usulkan Sekolah Negeri untuk Siswa Gakin

Surabaya (beritajatim.com) - Banyaknya keluhan yang muncul dari orangtua siswa saat Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) mulai di tingkat SD, SMP, SLTA maupun Perguruan Tinggi di Kota Surabaya menjadi perhatian khusus bagi Komisi D DPRD Surabaya.
Kini muncul gagasan untuk menjadikan sekolah negeri hanya untuk siswa keluarga miskin(Gakin) dan memberdayakan sekolah swasta untuk siswa yang berasal dari keluarga menengah ke atas.

Tak sedikit orangtua siswa yang saat ini harus menelan rasa kekecewaan yang sangat mendalam, hanya karena anaknya tidak mendapatkan bangku di sekolah yang dituju.

Apalagi bagi calon siswa yang berasal dari keluarga miskin, karena merasa tidak mungkin untuk bisa bersekolah di swasta lantaran faktor biaya.

Tidak hanya itu, dampak yang paling dikhawatirkan, jika ternyata kegagalan mendapatkan bangku sekolah yang dituju justru mempengaruhi psikoligis calon siswa. Karena tak sedikit yang akhirnya merasa depresi dan merasa rendah diri hanya karena tidak masuk di sekolah yang dianggapnya favorit.

Sugito anggota Komisi D DPRD Surabaya yang membidangi Pendidikan dan Kesra mengatakan, meskipun di Surabaya telah diberikan anggaran yang cukup untuk pendidikan, namun masih dianggap belum bisa memberikan fasilitas pendidikan yang layak bagi seluruh warganya.

“Saya memberikan apresiasi kepada Diknas Surabaya yang telah berhasil menyelenggarakan PPDB online dengan lancar, namun disisi lain, sampai hari ini saya telah mendapatkan banyak keluhan dari masyarakat terkait PPDB, utamanya dari keluarga miskin yang gagal dalam proses PPDB.” Ujarnya. Senin, (13/07/2015)

Lebih lanjut Sugito menjelaskan bahwa  pemerintah juga harus memikirkan calon siswa yang gagal dalam PPDB sekolah negeri, utamanya yang berasal dari keluarga miskin (Gakin). Kerena merupakan hak mendasar sebagai warga Negara untuk memperoleh pendidikan yang layak.

“Kalau tidak ada solusinya, lantas mau dikemanakan mereka itu, lha wong dari keluarga miskin yang tentu tidak mungkin bisa bersekolah di swasta karena faktor biaya, kalau fenomena ini terus dibiarkan, berarti pemerintah tidak berhasil memberantas kebodohan,” protes politisi asal partai Hanura ini.

Melihat kondisi yang terjadi, Sugito meminta kepada pemerintah, baik yang di daerah maupun di pusat untuk mulai memberikan solusi, utamanya untuk siswa dari keluarga tidak mampu yang ingin mendapatkan pendidikan.

“Saya minta kepada pemerintah daerah dan pusat, untuk segera memberikan solusi secara cepat, karena hal ini menyangkut hak warga dan nasib calon siswa, utamanya yang berlatar belakang keluarga tidak mampu,” tandasnya.

Menurut Sugito, solusi yang paling tepat dengan cara membuat seluruh sekolah negeri menjadi tempat sekolah siswa yang berasal dari keluarga miskin, sementara yang berasal dari keluarga mampu di arahkan untuk mengenyam pendidikan di sekolah swasta.

“Sekolah milik pemerintah di Surabaya itu jumlahnya tidak banyak, bahkan lebih banyak swasta meskipun kondisinya masih banyak yang memprihatinkan, maka menjadi tugas pemerintah untuk memberdayakan sekolah swasta ini dengan kemampuan APBD dan APBN, dengan demikian sekolah negeri tidak lagi menjadi favorit, karena berlabel sekolah untuk warga miskin,” gagasanya.

Gagasan yang disampaikan Sugito ini ternyata sudah lama diterapkan di sejumlah Negara maju seperti di Belgia, Nederland, Luxemberg (Benelux). Kini warga Negara ini justru menghindari anaknya bersekolah di sejumlah sekolah negeri karena tidak ingin di cap sebagai keluarga yang berstatus miskin.(rif/ted)